Nastar Favorit Kita

Nastar Favorit Kita

Dari puluhan jenis kue Lebaran, hanya nastar yang paling saya suka. Marcel pun begitu. Dia bisa duduk manis sambil mangku setoples nastar dan menghabiskannya sendiri!

Dari beraneka macam merek kue nastar, saya paling suka buatan salah satu (istri) sahabat saya.
Nastar buatannya enak dan orisinil rasanya.

Lihat! Beginilah gaya Marcel kalau lagi ngudap nastar!

20131108-152523.jpg

Barbeque ala Korea di Born-ga

Barbeque ala Korea di Born-ga

Saya janji dengan sahabat saya di kantor, kalau salah satu proyek saya di kantor tercapai, saya akan traktir dia di restoran Korea favoritnya.

Jadilah siang itu kita meluncur ke jalan Wolter Mongonsidi, untuk makan siang di Born-ga.

Menu spesial di sini tentu saja, barbeque – kabarnya orang Korea memang demen barbeque-an.

Sebelum makanan utama datang, pelayan akan menyajikan beragam salad, telur pitan, dan tentu saja kimchi. Berbagai jenis sayuran a.k.a dedaunan akan disajikan di nampan panjang. Nantinya daun-daun ini akan kita pakai untuk membungkus nasi dan daging yang sudah dibakar.

Seorang pelayan akan membantu kita untuk membakar daging di tungku yang ada di meja kita. Engga perlu khawatir, baju bau asap, karena saat mulai membakar dagingnya, pelayan itu akan menarik semacam selang udara/exhaust fan yang ada di atas setiap meja dan mendekatkannya ke atas daging. Mirip vacuum cleaner yang sedang bekerja, selang itu langsung menyedot asap yang keluar, sehingga udara di dalam restoran tidak bau asap.

Daging yang sudah dibakar lalu dicelupkan ke saus sesuai selera dan bisa langsung dimakan sebagai lauk + nasi.

Kalau ingin lebih bergaya ala-ala Korea, ambil selembar daun selada atau daun mint, atau daun apapun itu yang ada di nampan sayuran tadi, letakkan sejumput nasi di atas daun, lalu daging dan bawang putih bakar di atasnya. Setelah itu, gulung daunnya dan hep..masukan ke mulut sekaligus seperti kalau kita makan sushi.
Dijamin, kriuk-kriuk-kriuk..enaaak!

Sayangnya, kalau kita pilih menu barbeque, maka jumlah pesanannya harus sesuai jumlah orang. Kalau kita datang berdua, ya berarti harus pesan dua porsi. Harga per porsi lumayan mahal dan sebenernya kalau cuman makan berdua, pesen menu barbeque satu porsi juga cukup.

Anyway, harga paketnya termasuk free flow minum (teh) dan dessert (cuman ada es kopi atau es sirup rasa buah).

Oh, ya, ternyata selain daging sapi, resto ini juga menawarkan daging babi, so…kayaknya ini bakal jadi kunjungan terakhir ke situ (?).

20131105-225750.jpg

Birthday Dinner at Holycow

Birthday Dinner at Holycow

Hari ini ulang tahun Eyang ke-69.

Rencana awalnya, kita mau makan lobster di Loobie. Akhirnya batal lantaran malas membayangkan antri, karena Loobie yang di jalan Gunawarman restorannya super mini. Kata Marcel, masih gedean kamar dia daripada restorannya.

Sebagai ganti makan lobster, malam ini kita makan steak. Pilihannya ke Holycow di jalan Panjang, yang masih satu grup dengan Loobie.

Meski tahu bakal antri, tapi minimal restorannya lebih besar (jadi kalaupun antri, engga terlalu lama) dan lokasi lebih dekat rumah.

Selepas magrib kita berangkat dan benar dugaan kita, restoran sudah penuh. Untungnya kita datang lebih awal jadi tidak sampai 10 menit kita sudah masuk.

Entah karena lagi flu sehingga indera perasa jadi kurang peka, atau memang sudah ada penurunan kualitas, rasa steak kali ini beda dari biasa. Hambar. Dagingnya juga tidak juicy. Dulu kalau pesan, young beef, misalnya, dagingnya empuk dan lembut, khas sapi muda. Malam ini kok agak alot..?

Anyway, semua orang looks happy, jadi mungkin yang salah adalah lidah saya. Personally saya sekarang memang lebih suka Holycow yang di Kebon Sirih. Saya engga tahu kenapa ada dua jenis Holycow, tapi yang di Kebon Sirih, tumis sayurannya lebih enak dan sebelum steak kita datang, kita disuguhi cemilan sejenis cheese/garlic stick yang renyah dan enak.

Selamat ulang tahun Eyang! Semoga panjang umur dan sehat terus!!!

20131103-124052.jpg

Kapan Marcel Punya Adik?

Kapan Marcel Punya Adik?

Pertanyaan di atas, sudah sering ditanyakan. Bukan hanya dari orangtua, teman-teman, tapi juga dari Marcelnya sendiri. Shhhh…gak terasa Marcel emang sudah besar. 6 tahun. Senin depan dia udah masuk kelas 1 SD. Kalau saya hamil sekarang, maka Marcel akan punya adik di umur 7 tahun. Wow, bedanya jauh juga ya. Berarti saat Marcel masuk kuliah di umur 17 tahun nanti, adiknya baru umur 10 tahun. Hmm… Sepertinya, it’s the (right) time!!! Doakan ya.

Look… Lucunya kalau punya baby lagi…
Kayak Marcel dulu…

marcel umur beberapa jamMarcel 1 blnMarcel 3 blnMarcel 4 bln

One Week One Post…. ?

One Week One Post…. ?

Gile, blog ini sudah lama sekali vakum…
Masa di tahun 2012 lalu, saya hampir-hampir gak pernah nulis di blog ini!
Whattt.. Ada 365 hari dalam 1 tahun, dan saya gak bisa meluangkan waktu beberapa menit dalam sehari buat nulis blog!
…………….
Harusnya blog ini jadi catatan, perpustakaan pribadi saya untuk kejadian2 yang saya alami. Ingatan saya yang pendek ini tidak mampu untuk mengingat berbagai hal.
Untuk itulah blog ini ada.

Baiklaaah..
Mulai bulan ini, saya akan mencoba nulis lagi.
One post, one week aja masa gak bisa?
Semangaaat!

Serunya Nonton F1 Singapura dari Paddock Club

Serunya Nonton F1 Singapura dari Paddock Club

Asyiknya nonton F1 di sirkuit dan bisa ketemu langsung dengan pembalapnya! 

Saya, salah satu orang yang beruntung, yang alhamdullilah, pernah merasakan serunya nonton F1 dari Paddock Club.

Eits, tapi apa sih Paddock Club itu? Gimana caranya ketemu dengan pembalap?

Kalau kamu nonton F1, saat mobil-mobil F1 tersebut berbaris di posisi start, kamu akan lihat ada pit stop alias garasi dari tim-tim F1. Kalau kamu perhatiin, di atas pit stop atau garasi itu, ada ruangan-ruangan tembus pandang dengan pemandangan langsung ke arah posisi start. Itulah lokasi di mana Paddock Club biasanya berada. Yup, tepat di atas garasi mobil F1.

Lalu, apa lagi serunya?

Di belakang pit stop atau garasi, adalah lokasi suite tim-tim F1 berada. Di sanalah pembalap, manager tim dan juga kru-kru lainnya, biasanya kongkow (uhm, maksudnya menyiapkan diri) menunggu saat balapan tiba.

Keuntungan memiliki akses Paddock Club adalah:

1. Bisa nonton F1 langsung dari lokasi Paddock Club seperti yang saya ceritain tadi.

2. Dapat menikmati layanan istimewa di area Paddock Club: unlimited meal and drink (mulai dari wine, beer, vodka, champagne, soft drink, juice, you name it!) secara gratis, juga fasilitas entertainment dan relaksasi, seperti live music, DJ, pijet gratis, souvenir gratis, etc.. etc.. etc..

3. Bisa ketemu langsung dengan pembalap idola! Misalnya saja di Paddock Club milik tim juara Red Bull Racing, kita didatangin oleh Sebastian Vettel – juara dunia 2 kali dan juga Mark Webber yang ganteng (ouch!)

4. Bisa ikutan pit lane tour yang artinya melihat langsung suasana di garasi F1 menjelang balapan. Lihat tim dan kru sibuk menyiapkan mobil. Mendengar pembicaraan pembalap dengan tim… dan yang terpenting, bisa foto-foto langsung di pit stop!

5. Bisa menyambangi suite-suite di mana tim F1 berada (note: butuh ID tambahan untuk kegiatan ini). Di belakang garasi, suasana sangat seru. Pembalap, manager tim, kru berbaur jadi satu dengan wartawan dan pengunjung. Kita bisa lihat para pembalap sedang diwawancarai oleh kru televisi. Kita bisa lihat kesibukan para PR manager dan PT alias personal trainer yang selalu berada di sisi pembalap ke manapun pembalap pergi (bukan body guard ya).

Seru kan??

Buat kamu yang cinta berat sama F1, nonton dari Paddock Club itu priceless and once in a lifetime experience. Kalau kamu ingin nonton dari sana, sayangnya tiketnya gak dijual untuk umum, karena Paddock Club itu peruntukannya biasanya untuk para sponsor menjamu klien-kliennya ataupun media. Jadi, kalaupun kamu ingin beli (dan sanggup beli — karena harga per kepala untuk masuk ke dalam Paddock Club adalah sekitar USD 7000 untuk tim favorit seperti Red Bull Racing), kamu tidak bisa membelinya secara individual.

Makin priceless, kan jadinya?

Jangan sirik ya.. 🙂

 

Look! Look! Pialanya sama khan?? Haha..

 

Drama Movies I Like..

Drama Movies I Like..

Ini sambungan dari posting sebelumnya tentang The Greatest Movie All The Time.
Kalau sebelumnya lebih banyak ke film action, maka di list yg sekarang saya kepengen masukin film-film drama, yang menurut saya long-lasting.

The Sisterhood of Travelling Pants
Film ini lagiii? Yes, memang saya suka dengan film ini. Jadi jangan bosen ya.

Pride & Prejudice
Saya suka yg versi originalnya. Filmnya romantis dan bikin gregetan. Karena ending-nya sih bahagia, tapiiii not like you want it to be. You must see it! And you will understand what I mean 🙂

One Fine Day
Ya, ini film lama, jamannya saya masih kuliah. Entah kenapa film ini membekas sekali di hati. Apalagi settingannya di NY yang lagi musim hujan… So romantic!

My Best Friend’s Wedding
Ini film yg bikin saya ngakak sekaligus gemes. Soundtracknya juga keren. Dari dulu sampe sekarang, saya suka nonton film ini berulang-ulang (kalau lagi iseng).

The Nanny’s Diaries
Filmnya lebih bagus dari bukunya (menurut sayaaa.. ). Yg belum punya anak mungkin gak akan ngerti kenapa film ini dianggap bagus. Heart-touching, bikin saya menangis diam-diam.

Click
Ini filmnya Adam Sandler, tentang remote control yg sekaligus jadi mesin waktu. Funny. Sad. Made me laugh and cry at the same time.

 

(to be continued)

Hujan = Banjir + Macet

Hujan = Banjir + Macet

Hujan datang, banjir dan macet pun menghadang.

Makanya… sedia payung sebelum hujan; periksa mobil sebelum jalan.

1. Pastiin bensin dan tekanan angin ban cukup. Di Jakarta, hujan gerimis saja bisa bikin macet. Apes banget kalau kena macet dan indikator bensin udah kedap-kedip.

2. Periksa karet wiper. Karet yang mulai aus bikin wiper jadi gak optimal untuk menyapu air hujan di kaca. Akibatnya, pandangan ke depan jadi terhalang. Makin bagus kalau kaca sering dibersihkan dari jamur, sehingga selalu kinclong.

3. Jaga emosi. Jangan sok dan belagu. Yang namanya mobil, jalannya di darat, bukan amphibi. Jangan panas hati, kalau lihat mobil lain bisa dengan entengnya melewati banjir. Yang penting genangan air masih di bawah lubang knalpot. Kalau kira-kira genangan air lebih tinggi, ya jangan dipaksain… terima nasib aja untuk nunggu air surut, sambil baca doa yang banyak 🙂

Kalau naik mobil manual dan genangan air kayaknya masih bisa dilewati, jalanin aja dengan gigi 1 atau 2 dan konstan. Kalau mobil matik, jalankan mobil di gigi rendah.

Semoga selamat sampai di tujuan…

Note:

Pengalaman pribadi karena pernah nebeng teman dan mobilnya mogok di tengah banjir gara-gara dia panas lihat mobil kompetitor yang melewati  banjir dengan entengnya. Huahaha….

2011: My Year in Review… Bagaimana denganmu?

2011: My Year in Review… Bagaimana denganmu?

Mengingat dan mengumpulkan kembali kenangan yang terserak sepanjang tahun 2011.

Januari

Beragam berita menjadi pembuka tahun 2011… and now I believe that something always happened for a reason. Alhamdullilah…

Februari

Lagi suka banget dengan CD-nya Due Vocci. Sepanjang jalan pulang dari kantor, lagu-lagunya selalu menemani. Big decision was made.

Maret

What a lovely month! Bulan Maret selalu istimewa karena Marcel dan Ayahnya berulang tahun, juga karena ada my wedding anniversary. Di penghujung bulan ini, saya juga sempat jalan-jalan ke Bangkok with my lovely Mom and Auntie, mba Yayuk.

Di ulang tahunnya yang ke-4 tahun, Marcel dapat kado sepeda dari Eyang Meruya… Waaah, saking senangnya, bangun tidur pun yang dimainin adalah sepedanya 🙂

April

Di negara 4 musim, inilah saat bunga-bunga mulai bersemi. Sebagaimana saya yang memulai jalinan ‘cinta’ baru dengan kantor baru 🙂 (lebay.com) 

Hari-hari di bulan ini dihabiskan untuk hura-hura: jalan-jalan dan makan-makan!

Mei

New office, new friends… Minggu pertama kerja, langsung “jalan-jalan” ke Bali. Begini kira-kira suasananya 🙂

Juni

Marcel lulus dari sekolah play group dan terpilih jadi murid terbaik di kelas 🙂

Di Juni ini, juga time to say bye-bye si merah… Terima kasih sudah menemani perjalanan kami selama beberapa tahun terakhir…

Juli

Marcel masuk ke sekolah baru. TK yang sama dengan TK saya waktu kecil! Bahkan, guru yang dulu pernah mengajar saya juga masih ada di sekolah ini… Bedanya sekarang beliau sudah jadi Kepala Sekolah 🙂

Oh, ya bulan ini Eyang Tatin berulang tahun… Syukurannya diadain di rumah baru…

Agustus

Bulan ini cukup sibuk. Ada puasa, Lebaran, 17-an (?) dan juga ulang tahun Mama dan saya.

September

Happy Birthday Papa!!

Bulan ini sepakbola lagi in. Lagu Garuda di Dadaku terus-menerus diputar di radio dan Marcel pun gak ketinggalan ikutan nonton bola di Senayan.

Oktober

Marcel udah tambah besar. Lihat…lihat…bagus kan, gambarnya? Hehe…

November

Konser pertama Marcel sejak ikutan sekolah musik. Untuk dapat tiketnya pun perjuangan, karena ternyata sold-out!

 

Desember

Mengawali bulan terakhir 2011 dengan liburan sekeluarga. Waktu yang mepet disiasati dengan beragam cara, yang penting semua senang! 🙂

Banyak mau, kurang waktu. Tak terasa sudah di penghujung tahun. Rasanya masih banyak keinginan yang belum sempat dilakukan. Semoga diberikan umur panjang dan kesehatan, sehingga masih bisa berkarya dan jadi orang yang lebih baik lagi di tahun depan…

2012, we’re coming….

Yogya yang Bersahaja

Yogya yang Bersahaja

Kalau ada kota yang selalu bikin ‘rindu’, itu adalah Yogya.

Bukan karena Malioboro, Parangtritis atau Kaliurang. Bukan pula karena nostalgia karena dulu pernah lama tinggal di sini. Tapi, karena di kota ini masih banyak ditemukan orang-orang yang tulus dan bersahaja. Dan yang pasti, tidak materialistik.

Maaf saja… saya bukan lagi ngomongin anak kuliahan, pejabat atau warga “kelas atas” Yogya. Yang saya maksud adalah orang “kecil” yang kebanyakan kerja di sektor informal.

Si mbok penjual nasi “gudhangan” di Pasar Prawirotaman, Yogyakarta menjajakan nasinya Rp 2.500,- per bungkus. Isinya nasi, urap, dan tempe. Masih di pasar yang sama, penjual ketan lupis menjual dagangannya Rp 1.000,- per porsi. Pedagang tempe bacem menjual tempenya Rp 500,- per buah untuk sebuah tempe bacem yang besar, hangat dan enak. Penjual sego kucing di depan hotel, menjual nasinya Rp 1.000,- , isinya nasi, oseng-oseng teri/tempe dan sambel yang sangat “miroso”.  Kadang kalau mikir dari sisi materi, untung dan rugi, dengan usaha yang dikeluarkan: “ngonthel” sepeda dari desa berkilo-kilo meter sejak subuh (pastinya memasaknya lebih pagi lagi), lalu menjual dagangannya seharga segitu, kapan dia bisa kaya, ya?

Itulah pikiran sempit saya, yang ngakunya orang “kota”. Tapi, siapa yang mengira, kalau mbok Jum yang biasa jual nasi “gudhangan” itu sudah naik haji sejak bertahun-tahun lalu! Hanya dari jualan nasi “gudhangan” seharga Rp 2.500.-!

Subhanallah, rezeki dari Allah SWT memang tidak akan lari ke mana. Apa yang sudah digariskan oleh-Nya akan kita dapat, tidak dilebihkan dan tidak dikurangi.

Pada hari terakhir di Yogya pas Lebaran kemarin, juru parkir di jalan Parangtritis memberikan kembalian Rp 1.000,- saat diberikan receh Rp 2.000,-. Itu pun dengan senyum mengembang, membungkukkan badan dan ucapan terima kasih yang sungguh-sungguh, seakan-akan saya baru saja memberinya uang 1 juta……

Mungkin… buat warga Yogya itu hal yang biasa, tapi buat yang biasa tinggal di Jakarta, “hal-hal kecil dari orang kecil” seperti itu cukup menyentuh hati.

Semoga Bapak itu hidupnya diberkahi Allah SWT.